Rabu, 05 Oktober 2011

#6 Dia yang selalu terindah

Sore ini , di depan fakultas teknik . Disinilah Risky berada . pagi ini , dia berniat menemui Rista . Mau tidak mau dia harus lakuin ini . walaupun , Desta tidak memintanya . tidak lama kemudian dia melihat dan tertuju pada satu sosok . Itu desta , batinnya . ia sedang makan di kantin bersama anak-anak lainnya . risky pun menghampirinya .
“Ris, rista . sini bentar” ujar risky sedikit berteriak . maklum kantinnya sore-sore ini banyak sekali para mahasiswa .
Rista menyadari itu , ia pun langsung beranjak dari tempatnya “Lo Risky kan ?” tanya Rista heran
“iya , gue sahabatnya desta” ujar Risky
“oh ya ?” tanya Rista matanya seperti mencari-mencari orang . “mana dia ?” ujarnya dingin .
“Dia siapa ris?” tanya risky heran .
“ya sahabat lo itu” masih tetap dingin
”Dia di rumah sakit sekarang. Bisa gak lo ikut gue ke rumah sakit ?”
“ngapain ? demi jengukin dia gitu ?” ujar Rista yang masih kesal dengan Desta .
“Ris , tolong. Ini penting banget . gue ngerti apa yang terjadi antara kalian berdua” Ujar Risky memohon .
“Sok tau banget sih lo” ujarnya dengan ucapan makin keras . Lalu ia pun balik badan , berniat meninggalkan Risky yang sok tau menurutnya . Baru juga kenal batinnya .
“Ris , dia kena kanker” ujar Risky yang terpaksa berterus terang .
Rista menghentikan langkahnya dan balik badan lagi “hah ?” dia tersenyum sinis “kalo lo mau buat gue percaya , gak usah main-mainkan penyakit deh” ujarnya
“Ris , gue serius dan gue gak main-main. Desta emang bener bener ngidap penyakit itu”
Terlihat muka yang bener bener muka syok dari Rista . Dia kaget dan gak bisa berbicara apa-apa lagi .
“Ikut gue , kerumah sakit ya ris” Ujar Risky , sambil mengajak Rista masuk ke mobilnya .
Selama diperjalanan Rista dan Risky hanya diam . Rista masih bener-bener gak nyangka , jadi ini sesuatu yang gak bisa ia beritahu waktu itu . Dia bener-bener menyesali perbuatannya . matanya mulai berkaca-kaca . tapi ia menahan air mata itu . Gak mau terlihat oleh Risky , ia pun mengedarkan pandangannya ke luar jendela sebelahnya .

...

-bersambung-

#5 Dia yang selalu terindah

Di Rumah Sakit Kasih Ibu , pintu kamar tempat Desta dirawat terbuka .
“hai des, keadaan lo gimana ?” tanya risky , sahabatnya .
“yah lo liat aja gimana sekarang gue” ujar Desta berusaha tersenyum .
“gue liat sih lo , makin kacau hehe becanda des” ucap risky berusaha membuat desta tertawa .
“jayus ah lo . makin ganteng kan yang pasti gue ? setelah 3 harian disini hehehe” canda desta .
“iya eh , makin ganteng kamu . apa lagi kalo kmu dirumah sakit ini . ckckck”
“anjol lo hahahha” mereka pun tertawa bersama . risky ingin sekali bisa membahagiakan sahabatnya ini dalam akhir sisa sisa hidupnya .

...

20 menit yang lalu .
“dik , kamu sahabat desta kan ?” tanya seorang dokter yang beberapa jam lalu , memeriksa desta .
“iya dok . keadaan Desta gimana ya dok ? ” tanya risky penasaran.
Dokter tersebut , diam sesaat . menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya “keadaannya makin parah . dia selama hampir satu bulan udah jarang sekali memeriksa kesehatan dan mengontrolnya kan ?” tanya dokter .
“iya dok . waktu itu padahal saya memaksanya untuk memeriksa kesehatannya . tapi ia tidak mau” jelas risky .
“kanker otak yang dideritanya ini , sudah memasuki stadium 3 . saya tidak berani terus-terusan memberinya obat . takutnya malah membuatnya menjadi semakin parah” dokter tersebut benar benar membuat risky kaget . “hanya tinggal menghitung waktu sekarang” lanjut dokter .
“apa dok ? dokter serius ? ” dokter tersebut pun mengangguk .
“apa dokter gak bisa ngelakuin sesuatu buat desta ? operasi misalnya ? ataupun cara lain ?” tanya desta yang emosinya mulai naik .
“tenang dik, dokter tidak mungkin melakukan operasi ke dia . selama ini belum ada yang berhasil operasi kanker otak bagi orang yang telah memasuki stadium 3 kecuali jika ada keajaiban . karena ini sudah sangat terlambat . udah stadium 3 bila operasi . sedikit jaminannya bisa untuk berhasil. Karena ini penyakit yang menyangkut otak dik . berbahaya” ujar dokter
Risky mulai agak tenang walupun hatinya mulai kacau“apa kedua orang tuanya udah tau dok ?” tanya risky
Dokter mengangguk “sudah. baru aja saya kasih tau tadi . karena memang kita baru mengetahui penyakitnya tadi”
“Oh iya , dulu rambut-rambutnya sempat hilang ya ?”
“iya dok. akibat laser itu” ujar risky mengingat ingat 2tahun lebih yang lalu .
“nanti dia sebentar lagi akan di laser dik”

...

-bersambung-